Mau Berbisnis Seperti Robert. T. Kiyosaki ?, Pahami ini dulu

Ini sebuah tulisan dari Mardigu WP atau biasa di panggil wowiek, sangat menarik sekali dibaca akhirnya saya putuskan posting ulang di blog ini.
Terima kasih pak wowiek, sedikit membuka pemahaman saya selama ini. yang suka ngulik-ngulik berbagai bisnis, terutama bisnis online di zaman milenial saat ini.
Berikut kutipan artikel dari pak wowiek.

ANTI KIYOSAKI

Siapa bilang mau kaya harus berbisnis? Kiyosaki? Ada pemahaman bahwa untuk kaya adalah harus keluar dari dunia kepegawaian menjadi pengusaha. Sehingga merasa dunia pegawai sebagai penjara, dunia professional sebagai pembatas berkarya.




Ini sebuah pemahaman yang berbahaya. Tidak salah banget tetapi kalau di praktekan secara harafiah ini tidak pas. Seorang dokter, pengacara, accountant, pemahat, seniman, artis, dan banyak lagi bidang “specialist skill” akan jadi berantakan di tinggalkan untuk berdagang.
Secara pribadi, saya ini anti Kiyosaki. Saya anti untuk menjadi kaya itu harus berbisnis. Walau saya ini pebisnis murni, tetapi 10 tahun awal karir saya adalah pegawai, yang sangat bermanfaat kelimuannya hingga saat ini saya pakai yang saya selalu bersyukur karena tanpa melewati periode tersebut saya beda “cara pandang”nya.

Lalu ada lagi yang mengatakan bahwa sukses itu mudah, yang penting tahu cara kerja pintar.Lalu ada juga yang mengatakan bisnis bisa sukses tanpa modal. In ipenyataanmenyesatkan. Lalu ada juga yang mengatakan bisnis bisa buat kita finansial dan time freedom? Eehhmm jujur, pada dasarnya…ngak gitu-gitu amat. Itu hanya “lips service” dari seseroang yang mau jual workshop atau sales leader menjanjikan “harapan” kepada team nya!!!
Garansi,yang berbicara kayak harus berbisnis, sukses itu mudah, tanpa kerja keras, tanpa modal, kerja pintar adalah seorang pembelajar yg baik, bukan pelaku yang menjalankan roda ekonomi. Yakinlah, yang membicarakan hal itu pasti seorang yang bertujuan baik. Namun bagi saya, niat baik tersebut bisa membuat manusia lain misleading salah arah menjadi hal yang harus di luaskan supaya lebih benar bukan hanya jargon.

Baca Juga : 2 pelajaran yang bisa diambil dari kisah Film Alladin 2019

Saya tahu sekali niatnya memotivasi semua orang, niatnya supaya membuat orang tidak patah semangat dengan kondisi saat ini. Paham sekali bahwa banyak pemutar roda ekonomi saat ini banyak datang dari kalangan yang memiliki sedikit pendidikan sekolah, memiliki sedikit modal bahkan tanpa modal sehingga membuat posisi sama, tanpa modal, tanpa usaha keras yaitu kerja pintar, adalah pendekatan mirroring saja. Agar satu rasa. Kemudian di samakan lagi kisah orang-orang sukses yang tak bermodal, tak berpendidikan tinggi di dunia. Tujuannya sama, supaya termotivasi supaya semangat. Dan ini tidak salah, ini benar. Saya setuju sekali.
Siapapun yang mengatakan hal tersebut sebaiknya menjelaskan lebih luas lagi. Yang disebut, misalnya, berbisnis property tanpa modal?!. Sebaiknya menerangkan anda itu broker property atau pebisnis property sih?

Kalau broker memang modal duitnya sedikit, tanah orang, asset orang kok, kita hanya menjualkan, hanya memasarkan. Dapat fee adalah keuntungan jasa kita. Kalau pebisnis property, belum jualan, belum berbisnis, bayar izin-izin saja sudah keluar duit. Ada HO undang2 gangguan, ada amdal dampak lingkungan, ada IMB dll. Lalu berbisnis property tanpa modal itu dimananya?

Baca Juga : Temukan Pola kesuksesan Dirimu

Sebaiknya anda tidak menulis hal yang membuat salah pengertian, atau misleading. Bilang saja bagaimana menjadi sales property yang baik. Bagaimana melipat gandakan sales property anda. Itu lebih jujur, itu menurut saya loh.
Ada juga yang menyatakan kerja pintar dan ini biasanya adalah pemain bisnis jaringan. Dan sekali lagi ini bukan hal yang salah. Benar kerja pintar, karena kerja anda hanya jualan produk tok. Anda tidak perlu memikirkan gudang, tidak memerlukan memikirkan distribusi, tidak perlu memikirkan tentang administrasi, tidak perlu memikirkan izin-izn, tidak perlu susah susah menciptakan merek dagang dan lain sebagainya. Anda hanya perlu membangun sales team, berjualan dan memotivasi titik. Itu memang kerja pintar, anda hanya mengerjakan 30% dari sisi bisnis, namun jangan para leader tersebut mengatakan ber MLM itu berbisnis. Itu salesmanship strategi itu bagian dari bisnis itu belum berbisnis penuh. Kalau anda pemilik bisnis jaringan tersebut baru anda menyebut diri sebagai pebisnis.
Ada juga yang mengatakan bill gates tidak menyelesaikan sekolahnya. Atau liem swie liong tak sekolah atau banyak pengusaha yang tidak bersekolah formal sehingga tidak penting berpendidikan untuk berbisnis.

Hal ini saya juga tidak menentangnya. Bisnis memang open source, memang pintu terbuka. Mau orang itu tak berpendidikan, tak beragama, tak bermoral, kejam, atau baik hati, atau usaha jenis apapun anda bisa sukses. Bisnis sukses tidak bisa di claim sebagai hanya tempat orang tak berpendidikan, itu tempat semua orang dengan berlatar ras apapun, agama apapun, berilmu apapun.
Bagi saya, maaf ini hanya pendapat pribadi..benarlah banyak orang tersebut tidak berpendidikan formal namun kalau anda berada didekat mereka akan terasa bahwa ilmu mereka tinggi sekali. Mereka sangat berilmu. Dalam menuntut ilmu memang tidak diperlukan sekolah formal. Selama anda bisa belajar, bisa berilmu maka sekolah formal hanya pelengkap.

Misalnya, Seorang ciputra sejak lahir sudah melihat timbangan terigu, beras, minyak dan telor dimatanya tak kala orangtuanya berdagang. Dari bayi dia sudah mengenal tawar menawar, berjulanan, menentukan harga, melayani pelanggan walau skala warung dan ini sebuah keilmuan yang dipelajari melalaui pengalaman jalan hidup. Siapa yang bisa lawan keilmuan dagang itu? Mau makan sekolah sampai S3 diperguruan ternama juga ngak diajari hal itu. Terus sewaktu dia berbisnis di usia 20 tahunan sebenarnya dia sudah memiliki ilmu dagang sebagai platform pola dalam pikirannya.
Jadi, berbisnis adalah sebuah matrik yang rumit. Matrik yang seharus nya tidak dipikirkan, tetapi di jalankan. Berbisnis anda harus memiliki komitmen. Memiliki ide yang terlatih. Bahkan sahabat saya mengatakan se-kreatif apapun ide anda kalau tidak laku di jual maka anda tidak kreatif. Berbisnis itu harus bisa jualan, sementara penjual belum tentu bisa berbisnis.

Kesimpulannya, anda harus di percaya. Kalau kepercayaan orang terhadap anda sangat tinggi. Apapun yang ada berikan, bahkan menurut orang lain ide anda jelek atau produk anda buruk namun orang percaya anda maka anda tetap di beli.

Lalu benarkah tak perlu kerja keras?

Saya meneliti dalam akan hal ini dan saya percaya semua orang kaya atau orang sukses adalah pekerja keras. Namun mereka bukan saja pekerja keras namun orang yang tahu memanfaatkan waktu. Mereka berkerja keras iya, namun begitu mereka liburan. Mereka benar2 lepas. Menikmati, enjoy. Mereka pandai membagi waktu antara kerja , dirumah dan social. Kata-kata work hard play hard bukan sekedar jargon. Mereka melakukannya secara harfiah. Perilaku kerja yang pintar membagi waktu tadi itulah sesungguhnya yang disebut kerja pintar.
Kalau mereka di infokan hanya main golf, datang siang, sistem bekerja untuk mereka karena sudah ada para direktur yang mengerjakan. Itu adalah produk tahunan kerja keras mereka. ibaratnya kita menanam mangga, setelah 4 tahun panen dan terus menghasilkan selama 25 tahun. Kalau dilihat di tahun ke 10 ya kita akan melihat seseorang yang santai. Namun kalau anda melihat 4 tahun pertamanya mungkin anda akan menilai lain, sebagai seorang workohlic penggila kerja.

Ada satu lagi, apakah untuk kaya atau sukses harus berbisnis. Nah hal ini saya sedikit berlawanan dengan banyak orang. Saya percaya untuk kaya atau sukses anda tidak perlu berbisnis. Dengan kalimat lain, untuk kaya ada ribuan cara dan gaya berbisnis hanya salah satunya saja.
Mau anda berlatar belakang office boy, pedagang kali lima, pensiunan olahragawan, TNI, guru, tukang las, ibu rumah tangga, pak ogah sekalipun, sukses atau kaya adalah masalah perilaku atau attitude. Kaya atau sukses adalah produk sampingan dari sebuah perilaku kaya.

Ber-investasi adalah contoh perilaku orang sukses, dipercaya banyak orang adalah perilaku orang sukses, dan banyak lagi perilaku pribadi sukses dan ini bukan hak prerogative pebisnis. Anda menjadi good follower adalah prilaku pribadi sukses. Anda seorang good listener pendengar yang baik adalah pribadi sukses. Anda seorang pegawai harus memiliki perilaku ini untuk sukses. Anda seorang putus sekolah juga bisa sukses. Selama memiliki pribadi ini.

Misalnya anda memutuskan ingin punya perusahaan, Anda tidak perlu membangun perusahaan blue chip repot-repot. Anda bisa mempelajari dengan seksama di board pasar saham. Lalu belilah dalam jangka panjang. Berinvestasi di perusahaan tersebut. Dan anda sudah merupakan share holder perusahaan tersebut, walaupun minoritas. Namun tetap anda adalah pemilik sebagian saham perusahan tersebut.Misalnya anda tahu di tahun 2018 “bisnis retail” akan “bergerak” naik melihat net income perkapita indonesia sdh diatas 3700 USD. Jadi beli saham unilever, simpan 5 tahun garansi kenaikannya pasti.

Itu investasi.



Saya ada kisanya nyata dari arian istri saya. bagi saya kelompok istri say ini memiliki kebiasaan aneh setidaknya menurut saya. Tiap bulan arisan. Yah, namanya ibu-ibu namun ada yang aneh di kelompok ini. Setiap arisan isinya adalah perdebatan data dan informasi saham apa yang akan mereka beli di bulan ini. Lalu siapa pemengannya yang akan ambil uang itu di tahun depan (12 bulan), bukan di tarik bulanan tetapi tahunan.

Misalnya masing-masing setor Rp 1.000.000 tiap bulan. Ada 12 peserta. Jadi setiap bulan ada saham di beli senilai Rp 12.000.000 yang akan di cairkan 1 tahun setelah di invest. Misalnya dari hasil kocokan misalnya ibu A yang dapat bulan ini di belikan saham kelapa sawit astra argo lestari. Lalu bulan depan Rp 12.000.000 ibu B yang menang kocokan kertas arisan di invest ke saham trada marine cargo. Itu setelah ber12 berdebat dan berdiskusi. Kalau denger ceritanya seru juga sih, saya yang dulu-dulu merasa arisan hal socialite perilaku social semata menjadi melihat arisan dari sisi menarik sekarang.
Setahun kemudian rata-rata dari 12 juta tersebut naik lebih dari 20-30 %an yang saya tahu. Lumayan banget untuk urusan belanja ibu rumah tangga.

Bagaimana ?, menarik bukan..!!! cara pandang orang yang sangat realistis memandang sebuah bisnis.
Semoga bermanfaat semua untuk kita yang baru belajar berbisnis.

Pilihan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel